phone: +420 776 223 443
e-mail: support@londoncreative.co.uk

Sisi Lain Bulan yang Belum Terungkap


Baru-baru ini NASA mengumumkan, bahwa dalam waktu 10 tahun mendatang, Amerika Serikat akan mengirim astronot untuk mendarat di bagian belakang bulan. Rencananya, NASA akan membuat sebuah roket terbesar sepanjang sejarah guna pendaratan di bulan. Di sana,
astronot akan mengumpulkan sample batu, melakukan percobaan ilmiah, menyelidiki apakah di sisi balik bulan mengandung air. Untuk itu, pada 2008 mendatang NASA akan meluncurkan instrumen pengamat pertama secara lebih cermat dan seksama, memilih titik sisi balik Bulan untuk pendaratan.
Ilmuwan modern sekarang berpendapat, bahwa daya tarik pasang sistem bumi dan bulan membuat bulan menjadi satelit sinkronisasinya bumi, artinya waktu yang diperlukan bulan untuk mengelilingi bumi sama dengan waktu peredaran bulan itu sendiri, sehingga bagi makhluk di bumi, bulan hanya memiliki satu sisi yang dapat dilihat. Karena itu, di sisi balik bulan tersebut selalu berupa sebidang daerah misterius yang tidak pernah diketahui manusia. Kalau sisi balik bulan bisa terungkap, kemungkinan akan menjawab teori asal-usul bulan yang masih diperdebatkan. Mungkin paling cepat astronot baru bisa mendarat di sisi balik bulan pada 2015 nanti.

Pandangan Baru

Beberapa tahun ini muncul teori alternatif tentang asal-usul bulan yang disikap dalam buku Prehistoric Civilitation: Inspiration for Mankind. Teori baru ini didasarkan pada hasil analisa contoh tanah bulan yang dibawa oleh antariksawan, yang ternyata mengandung besi dan titanium murni yang tidak mungkin terbentuk secara alamiah. Hal ini menunjukkan bahwa logam-logam ini bukan terbentuk secara alamiah, melainkan hasil peleburan yang dilakukan oleh manusia pada suatu masa. Apalagi logam yang membentuknya berongga, dimana isi di dalam bulan diketahui kosong.
Dengan bukti tersebut, tidaklah sulit untuk membayangkan bahwa bulan seyogianya dibuat dan dipasang oleh manusia. Wajah bulan yang asli kemungkinan sebuah bola metal yang tingkat keterangan cahayanya lebih terang dibanding sekarang, seiring perjalanan waktu yang panjang, di bawah kondisi ketiadaan atmosfer, dan ditutupi sejumlah batu dan debu kosmos sehingga menjadi seperti sekarang. Lantas manusia pada jaman apa yang mampu menciptakan bulan yang demikian rumit itu?
Cerita masa lalu seorang kultivator, Guizhen dari Taiwan barangkali bisa menjadi inspirasi dalam membuka takbir asal-usul bulan (lihat kisah reinkarnasinya di Era Baru edisi 10). Ia yang pernah berkali-kali reinkarnasi, mengaku pernah hidup di jaman prasejarah yang sangat maju teknologinya, jauh melampaui taraf kecanggihan teknologi sekarang. Kebetulan saat itu dia adalah seorang insinyur yang terlibat dalam proyek pembuatan bulan.
Guizen ingat di tengah bulan bukan saja kosong, bahkan dipenuhi dengan aneka instrumen presisi dan untaian roda yang akurat, tingkat presisi mesin jauh melampaui teknologi tercanggih saat ini. Mesin-mesin ini dapat menjaga peredaran bulan mengelilingi bumi secara normal. Mereka menggunakan suatu energi superdensitas menjaga rotasi dan revolusi bulan, karena itu, dapat mempertahankan keberlangsungan perputaran bulan hingga sekarang. Bagian depan bulan waktu itu mengkilap sepenuhnya, di malam hari tampak memancarkan cahaya di segala penjuru, dan di bagian belakang dipasangi sejumlah alat kontrol. Karena itu, maka didesain bagian depan selalu menghadap ke bumi sepanjang masa, sedang disisi baliknya tidak kelihatan sama sekali dari bumi.
Peradaban manusia prasejarah, menurut penglihatan Guizen, benar-benar sangat maju, beberapa peradaban zaman dahulu bisa menempatkan sebuah kota melayang di langit, benda-benda yang dapat terbang di angkasa bukan hanya pesawat, kapal uap raksasa saat itu juga dapat terbang di udara. Karena peradaban dimasa lalu selalu memakai energi yang sangat bersih dan densitas tinggi, tidak akan mengakibatkan pencemaran lingkungan sehingga dapat menggerakkan beberapa benda raksasa.
Para ilmuwan modern menyangka bahwa manusia prasejarah hanya bisa memakai perkakas yang terbuat dari batu, tidak ada bukti apa pun tentang pemakaian “listrik”, apalagi teknologi canggih. Dengan dasar itulah mereka memastikan bahwa peradaban manusia prasejarah itu sangat primitif bahkan barbar. Mereka meyakini manusia sekarang ini adalah yang paling berbudaya dan paling maju dalam sejarah. Hal ini sebenarnya berpijak pada purbasangka dari sudut pandang ilmu pengetahuan modern.
Padahal justru sebaliknya, dalam sejarah peradaban manusia, perkembangan budaya sekarang ini tergolong taraf rendah. Manusia prasejarah lebih mementingkan kekuatan spiritual dibanding manusia modern, mereka tahu spirit dan materi adalah sama. Mereka selalu menggunakan kekuatan spiritual individu dalam meningkatkan perkembangan materi, sebaliknya “manusia modern” sekarang hanya menekankan kemajuan dalam teknologi sehingga mengesampingkan spritualisme.
Contohnya, mereka menggunakan kekuatan spiritual dengan cara memancarkan pikiran lurus agar niat pikiran individu semurni mungkin, dengan demikian maka bisa memperbesar energi tertentu. Seperti dalam pembuatan bulan, setelah kerangkanya dirakit di bumi, dan dengan menggunakan sejumlah perlengkapan mesin yang mirip kristal (sejenis bijih tambang tertentu yang lebih murni), lalu sekelompok orang meditasi memperkuat energi bijih tambang tersebut dengan niat pikiran, agar bulan yang maha besar membubung naik ke angkasa dan masuk ke orbit.
Pekerjaan merakit selanjutnya dilakukan di atas orbit, mendirikan rangka raksasa, dan membuat kapal udara dari logam yang tak terhitung banyaknya. Kapal udara ini berawak tunggal atau ganda, orang-orang mengenakan baju asronot yang portable, terus bekerja siang malam. Dengan cara itulah bulan dibuat, dan berhasil diluncurkan ke orbitnya sehingga bisa mengelilingi bumi. Kemampuan Bulan bisa bertahan terus hingga sekarang juga tidak lepas dari kehendak Sang Maha Kuasa.
Selama berjuta-juta tahun bulan berada di atas bumi, selama itu juga debu-debu alam semesta menutupi permukaan bulan. Wajar saja jika ilmuwan sekarang menganggap unsur-unsur permukaan bulan terdiri dari berbagai macam yang membentuk seperti batuan. Benturan dari benda angkasa lain seperti meteorit kemungkinan juga yang menyebabkan banyaknya kawah di permukaan bulan.
Teori baru ini tentu masih harus diuji kebenarannya dalam sejarah. Kalau para ilmuwan modern mampu ke luar dari bingkai ilmu pengetahuan sekarang ini, mungkin misteri alam semesta ini baru bisa terkuak.

0 komentar:

Total Kunjungan Pembaca